Asal-Usul Serial Fullmetal Alchemist
Serial Fullmetal Alchemist adalah sebuah karya ikonik yang berasal dari tangan kreatif Hiromu Arakawa, seorang mangaka Jepang. Manga ini pertama kali diterbitkan di majalah mingguan Monthly Shōnen Gangan, mulai Juli 2001 hingga Juni 2010. Dalam rentang sembilan tahun tersebut, Fullmetal Alchemist terdiri dari 27 volume dengan total 108 chapter. Karya Arakawa ini berhasil menarik perhatian karena menggabungkan kisah yang mendalam, pembangunan dunia yang kaya, serta eksplorasi tema kemanusiaan yang kompleks.
Inspirasi utama dari serial ini datang dari pengalaman hidup Arakawa sendiri di lingkungan pertanian Hokkaido, yang membentuk banyak filosofi tentang kerja keras dan pengorbanan dalam ceritanya. Arakawa juga mendalami konsep alkimia saat mengembangkan plot, terinspirasi oleh ide-ide tentang transmutasi dan teori keseimbangan yang berasal dari filsafat kuno. Ia berhasil menerjemahkan konsep abstrak tersebut menjadi bagian integral dari dunia fiksi yang unik.

Kesuksesan manga tersebut akhirnya membuka jalan bagi adaptasi anime. Ada dua versi anime yang dibuat berdasarkan serial ini, yaitu Fullmetal Alchemist (2003) yang mengambil pendekatan bebas terhadap cerita asli, dan Fullmetal Alchemist: Brotherhood (2009) yang lebih setia mengikuti alur manga. Adaptasi anime tersebut menambahkan lapisan baru pada popularitas cerita ini, memperluas jangkauannya hingga ke penggemar internasional.
Tema alkimia yang kuat dalam serial ini tidak hanya menjadi latar narasi tetapi juga menggerakkan konflik utama. Tokoh Edward dan Alphonse Elric, yang berusaha mendapatkan kembali tubuh mereka setelah percobaan alkimia yang gagal, menjadi simbol pencarian manusia akan pengetahuan dan penyelamatan diri. Dunia yang dibangun oleh Arakawa penuh dengan elemen teknis dan filosofis yang membuat cerita ini terus relevan bahkan setelah bertahun-tahun berlalu.
Kisah di Balik Nama Fullmetal Alchemist
Nama “Fullmetal Alchemist” bukan sekadar judul yang menarik perhatian, tetapi memiliki arti yang dalam dan simbolis. Secara harfiah, “Fullmetal” merujuk pada sesuatu yang kokoh, tidak bisa dihancurkan, dan sepenuhnya terbuat dari logam. Istilah ini tidak hanya menggambarkan sifat fisik armor Alphonse Elric, tetapi juga mencerminkan kepribadian Edward Elric, sang protagonis utama: keras kepala, tangguh, dan bertekad kuat.
Istilah “Fullmetal” sebenarnya dipilih langsung oleh pembuatnya, Hiromu Arakawa, untuk menggambarkan ciri khas Edward sebagai karakter yang tanpa kompromi dalam mengejar tujuannya. Edward, meski bertubuh kecil, memiliki semangat besar yang tak tergoyahkan—persis seperti logam yang kuat. Judul ini juga berfungsi sebagai alias resmi Edward saat ia bekerja sebagai alkemis negara, memberikan kesan kehebatan dan rasa hormat.
- Inspirasi Nama: Hiromu Arakawa diketahui terinspirasi dari konsep logam penuh yang menyoroti kesatuan kekuatan dan daya tahan. “Fullmetal” juga mencerminkan kerapuhan manusia yang coba ditutupi oleh aspirasi akan kekuatan sempurna, sebagaimana yang dicerminkan dalam perjalanan Edward dan Alphonse.
- Keselarasan dengan Alur Cerita: Nama ini juga seolah menjadi metafora perjalanan hidup mereka, di mana mereka berupaya memperbaiki tubuh yang hilang dan memulihkan jiwa, yang membutuhkan ketangguhan fisik dan mental seperti logam itu sendiri.
Sebagai bagian dari simbolisme, judul ini juga mencakup filosofi alkimia yang mendalam. Kisah Fullmetal Alchemist menggabungkan unsur-unsur seperti pengorbanan, transformasi, dan pencarian harmoni antara manusia dan dunia di sekitarnya. Sehingga, nama ini tidak hanya unik, tetapi juga memperkaya dimensi naratifnya.
Perbedaan Antara Fullmetal Alchemist dan Fullmetal Alchemist: Brotherhood
Kedua seri animasi ini, meskipun sama-sama diadaptasi dari manga Fullmetal Alchemist karya Hiromu Arakawa, memiliki perbedaan mendasar dalam alur cerita, gaya penceritaan, dan elemen visual. Perbedaan-perbedaan ini sering menjadi topik diskusi di kalangan penggemar, karena masing-masing seri menawarkan pengalaman yang berbeda.
1. Hubungan dengan Manga Asli
- Fullmetal Alchemist (2003): Serial ini diproduksi ketika manga masih dalam proses penulisan. Akibatnya, setelah beberapa episode, alur cerita mulai menyimpang dari manga. Tim produksi menciptakan ending mereka sendiri yang berbeda secara signifikan dari materi sumber.
- Fullmetal Alchemist: Brotherhood (2009): Brotherhood adalah adaptasi yang lebih setia karena mengikuti hampir seluruh cerita dari manga hingga selesai. Ini menjadikannya pilihan ideal bagi penggemar yang ingin menikmati versi paling akurat dari kisah aslinya.
2. Alur Cerita dan Nada
- Fullmetal Alchemist (2003) memiliki nada yang sedikit lebih gelap, dengan fokus yang lebih dalam pada elemen emosional dan trauma karakter. Plotnya cenderung melibatkan tema filosofis yang lebih kompleks tanpa terlalu terikat dengan manga.
- Fullmetal Alchemist: Brotherhood (2009) lebih cepat dalam penyampaian kisah di awal, karena mengasumsikan bahwa pemirsa sudah familiar dengan premis utamanya. Alurnya lebih fokus pada aksi, perjalanan epik, dan resolusi yang lebih dramatis.
3. Gaya Visual dan Musik
- Visual dalam versi 2003 memprioritaskan atmosfer gelap dengan palet warna yang lebih tenang, sesuai dengan tema emosionalnya.
- Sementara itu, Brotherhood menyajikan desain yang lebih cerah dan dinamis, dengan animasi yang lebih halus dan koreografi pertempuran yang lebih rumit.
4. Ending
- Ending dalam seri 2003 benar-benar berbeda, karena manga belum selesai saat itu sehingga menampilkan interpretasi orisinal dari studio animasi.
- Sebaliknya, Brotherhood menunjukkan ending yang identik dengan manga, melibatkan resolusi besar yang saling mengikat berbagai alur cerita.
Perbedaan-perbedaan ini membuat kedua seri memiliki daya tarik tersendiri bagi penggemar baru maupun veteran.
Inspirasi Arakawa Hiromu dalam Menciptakan Dunia Fullmetal Alchemist
Manga Fullmetal Alchemist yang legendaris tidak hanya dikenal karena alur ceritanya yang mendalam, tetapi juga dunia kompleks yang terasa hidup. Hiromu Arakawa, kreator manga ini, mendapatkan inspirasi dari berbagai elemen kehidupan, sejarah, dan budaya yang menyatu dengan gaya kreatifnya. Karya ini menjadi refleksi dari pengamatan mendalam Arakawa terhadap kehidupan manusia dan dunia di sekitarnya.
Salah satu sumber inspirasi utama Arakawa adalah latar sejarah. Dunia Fullmetal Alchemist yang dipenuhi teknologi alkimia dan masyarakat industrial mengingatkan pada Eropa di era Revolusi Industri. Kota-kota penuh asap pabrik, kereta api, dan struktur arsitektural klasik terlihat jelas mengambil elemen visual dari masa tersebut. Arakawa diketahui secara aktif mempelajari peristiwa sejarah untuk menciptakan latar yang realistis bagi cerita ini.
Selain itu, budaya Jepang sendiri menjadi pijakan penting bagi Arakawa. Ia tumbuh di lingkungan peternakan keluarga, yang memengaruhi cara pandangnya terhadap kerja keras dan hubungan manusia dengan alam. Keseimbangan antara teknologi modern dan keajaiban alam tercermin dalam bagaimana ia menggambarkan alkimia sebagai seni yang membutuhkan pemahaman mendalam terhadap bahan-bahan alami.
Tidak hanya itu, filsafat menjadi aspek mendalam lain dalam dunia Fullmetal Alchemist. Konsep “pertukaran setara” (Equivalent Exchange) yang menjadi inti cerita adalah cerminan dari nilai kerja keras Arakawa, yang berasal dari pengalamannya hidup di pedesaan. Ia mengembangkan ide bahwa segala sesuatu memiliki harga, dan manusia harus berjuang untuk mencapai tujuan dengan usaha yang nyata.
Pengaruh agama juga terwakili dalam cerita. Kehadiran narasi tentang dosa manusia, penciptaan, dan konsep kehidupan setelah kematian menunjukkan bahwa Arakawa terinspirasi oleh berbagai ajaran keagamaan dan spiritualitas. Hal ini membantu menciptakan cerita yang sarat makna dan relevan dengan berbagai perspektif.
Arakawa juga dipengaruhi oleh dunia sastra. Dalam beberapa wawancara, ia menggambarkan ketertarikannya pada buku-buku filsafat, literatur fantasi, dan sejarah yang menjadi bahan referensi ketika merancang plot Fullmetal Alchemist. Dedikasi untuk riset memperlihatkan upayanya menciptakan karya yang tidak hanya menghibur, tetapi juga bernilai pemikiran.
Dunia Fullmetal Alchemist pada dasarnya lahir dari perpaduan kreativitas, latar sejarah, budaya, dan nilai-nilai yang dekat dengan Hiromu Arakawa. Dengan kombinasi unik ini, ia berhasil menciptakan dunia fiktif yang begitu kompleks dan menarik perhatian banyak pembaca dari berbagai latar belakang.
Karakter yang Awalnya Tidak Ada dalam Manga
Dalam adaptasi anime dari “Fullmetal Alchemist” (2003), muncul banyak perbedaan signifikan dari versi manganya yang ditulis oleh Hiromu Arakawa. Salah satu perbedaan paling menarik adalah keberadaan beberapa karakter yang sebenarnya tidak pernah ada dalam cerita manga asli. Karakter-karakter ini diperkenalkan untuk memperluas dunia dan alur cerita yang dibuat khusus untuk versi anime pertama, yang pada saat itu mengejar produksi manga dan akhirnya harus berjalan dengan cerita asli.
Beberapa karakter eksklusif tersebut termasuk:
- Lieutenant Colonel Frank Archer Frank Archer adalah salah satu antagonis orisinal dari anime 2003. Ia merupakan seorang perwira militer ambisius dengan dorongan untuk menciptakan senjata alkimia berbahaya. Karakter ini sama sekali tidak muncul dalam manga atau adaptasi anime “Fullmetal Alchemist: Brotherhood” yang lebih setia pada sumber aslinya.
- Dante Dante adalah figur penting dalam anime 2003, berperan sebagai tokoh antagonis utama. Ia diciptakan untuk menggantikan Father, antagonis utama dalam manga dan adaptasi Brotherhood. Karakter ini memperkenalkan ide manipulasi para Homunculus dengan motif abadi yang berbeda.
- Russell dan Fletcher Tringham Saudara Tringham juga eksklusif untuk adaptasi 2003. Meskipun kemunculan mereka singkat, kisah mereka menyajikan tema moralitas alkimia yang menambah kedalaman pada alur cerita.
Pengenalan karakter-karakter ini merupakan hasil keputusan kreatif dari tim produksi untuk memberikan akhir lengkap pada seri anime 2003. Hal ini disebabkan manga belum selesai diterbitkan pada saat itu, sehingga tim produksi harus menggali cerita baru untuk membawa serial ke penutupannya.
Makna Mendalam dari Hukum Pertukaran Setara
Konsep Hukum Pertukaran Setara menjadi salah satu premis yang paling mendefinisikan dunia di dalam “Fullmetal Alchemist”. Ide ini berpusat pada prinsip dasar alkimia: untuk memperoleh sesuatu, seseorang harus menyerahkan sesuatu lain yang memiliki nilai setara. Prinsip ini tidak hanya membentuk fondasi ilmu alkimia dalam cerita, tetapi juga menjadi dasar filosofis yang sangat kuat, menggambarkan pandangan hidup secara mendalam.
Dalam penerapan alkimia, Hukum Pertukaran Setara mengatur semua aspek transmutasi. Ketika seorang alkemis ingin mengubah suatu materi, materi lain harus dikorbankan sebagai pembayaran yang setimpal. Sebagai contoh, Edward dan Alphonse Elric, sang protagonis utama, memahami konsekuensi hukum ini dengan cara yang paling tragis. Saat mereka mencoba membangkitkan kembali ibu mereka melalui transmutasi manusia—sebuah tindakan terlarang—mereka kehilangan tubuh mereka sendiri sebagai akibat dari pelanggaran hukum tersebut. Momen itu menjadi simbol penting dari akibat tidak menghormati prinsip keseimbangan alkimia.
Sebagai elemen naratif, konsep ini menawarkan pelajaran moral yang mendalam. Penulis Hiromu Arakawa tidak hanya menjadikan Hukum Pertukaran Setara sebagai aturan fiksi, tetapi juga sebagai cerminan realitas. Dalam kehidupan nyata, prinsip serupa sering diterapkan: keberhasilan sering kali membutuhkan pengorbanan. Hal ini berakar pada gagasan bahwa setiap hasil, baik kecil maupun besar, memiliki harganya sendiri.
Selain itu, tema ini memberikan ruang untuk eksplorasi berbagai konflik emosional dan filosofis dalam karakter. Misalnya, Edward sering berjuang dengan ide bahwa pengorbanan dirinya dan orang lain adalah harga yang harus dibayar demi mendapatkan apa yang sangat diinginkan. Sepanjang seri, dia belajar untuk menyadari bahwa tidak semua hal di dunia ini dapat ditukar atau diukur dengan nilai yang setara. Pelajaran ini membawa kedalaman emosional kepada perkembangan karakternya.
Bagi pembaca dan penonton, Hukum Pertukaran Setara mengajak untuk mengevaluasi makna dari pengorbanan dan keadilan dalam konteks yang lebih besar. Serial ini dengan cerdik menggambarkan bagaimana prinsip tersebut memengaruhi setiap aspek kehidupan, mulai dari ambisi pribadi hingga hubungan antarmanusia, menjadikannya lebih dari sekadar hukum dalam dunia fiksi.
Fakta Unik tentang Edward dan Alphonse Elric
Edward dan Alphonse Elric adalah dua karakter utama dalam seri Fullmetal Alchemist yang memiliki latar belakang serta kepribadian kompleks yang membuat mereka begitu menarik. Berikut adalah beberapa fakta unik tentang mereka yang mungkin belum semua penggemar ketahui:
1. Edward Elric, Alkimiawan Negara Termuda
Edward Elric mendapatkan gelar Alkimiawan Negara saat usianya baru 12 tahun. Prestasi ini menjadikannya alkimiawan termuda dalam sejarah negara Amestris. Ia dikenal sebagai “Fullmetal Alchemist” bukan hanya karena lengan dan kaki mekaniknya, tetapi juga sebagai penggambaran sifat keras kepala dan tangguhnya.
2. Alphonse Elric dan Jiwa di Baju Besi
Alphonse Elric kehilangan tubuhnya sepenuhnya saat mencoba alkimia terlarang untuk menghidupkan kembali ibu mereka. Berkat ritual pengorbanan Edward, jiwa Alphonse berhasil ditransfer ke dalam tubuh baju besi besar, yang menjadikan dia salah satu karakter paling ikonik dalam seri ini.
3. Trauma Masa Kecil yang Mengubah Hidup Mereka
Kematian ibu mereka, Trisha Elric, meninggalkan luka mendalam bagi Edward dan Alphonse. Kehilangan ini memotivasi mereka untuk mendalami alkimia dan berusaha mengembalikan kehidupan sang ibu, yang akhirnya berujung pada insiden tragis kemunduran tubuh Alphonse serta amputasi ekstremitas Edward.
4. Simbolisme Hubungan Mereka
Dalam cerita, hubungan Edward dan Alphonse melambangkan pentingnya kesetiaan dan pengorbanan. Edward tidak pernah menyerah untuk memulihkan tubuh Alphonse, bahkan meski itu berarti mempertaruhkan nyawanya sendiri. Sebaliknya, Alphonse selalu mendukung kakaknya meskipun berada dalam situasi yang berat.
5. Perbedaan Kepribadian yang Menonjol
Edward dikenal dengan temperamennya yang pemarah, terutama ketika berbicara soal tinggi badannya yang sering menjadi lelucon. Namun di balik sifat emosionalnya, ia adalah seorang individu cerdas dan ulet. Sementara itu, Alphonse memiliki kepribadian yang lebih tenang, penuh empati, dan sering menjadi penyeimbang bagi sikap impulsif Edward.
6. Tangan Kiri Edward dan Filosofi Automail
Lengan dan kaki automail Edward adalah simbol kekuatan dan ketekunannya untuk terus maju meski menghadapi rintangan fisik. Pembuatan automail oleh Winry Rockbell juga menekankan persahabatan serta dukungan yang menjadi tema utama dalam cerita.
Edward dan Alphonse menjadi simbol kuat tentang bagaimana cinta keluarga dan tekad dapat melewati batas-batas manusia, serta menunjukkan konsekuensi mendalam dari tindakan yang diambil demi sesuatu yang dianggap berharga.
Simbolisme Alkimia dalam Cerita Fullmetal Alchemist
Simbolisme alkimia memainkan peran penting dalam narasi dan tema utama seri Fullmetal Alchemist. Seri ini tidak hanya menghadirkan kisah aksi yang memikat tetapi juga membangun dunia di mana alkimia menjadi pondasi filosofi, sains, dan spiritualitas. Dalam cerita ini, konsep alkimia dijadikan sebagai kerangka untuk memahami kehidupan, pengorbanan, dan hubungan manusia.
1. Hukum Pertukaran Setara
Salah satu prinsip alkimia yang paling menonjol dalam seri ini adalah “Law of Equivalent Exchange” atau Hukum Pertukaran Setara. Prinsip ini menyatakan bahwa “untuk mendapatkan sesuatu, sesuatu yang lain dengan nilai yang sama harus dikorbankan.” Konsep ini sering dihubungkan dengan filsafat dan etika manusia, menggambarkan konsekuensi dari tindakan dan pentingnya pengorbanan untuk mencapai tujuan.
2. Lingkaran Transmutasi
Lingkaran transmutasi adalah simbol alkimia yang sangat ikonik dalam Fullmetal Alchemist. Lingkaran ini berfungsi sebagai alat untuk mengarahkan energi dalam transmutasi alkimia; namun, secara filosofis, lingkaran juga melambangkan kesatuan dan keseimbangan. Desainnya sering kali mengandung simbol-simbol lain seperti segitiga dan tanda-tanda alkimia untuk elemen tertentu, yang masing-masing memiliki makna mendalam.
3. Batu Bertuah atau Philosopher’s Stone
Batu Bertuah hadir sebagai artefak alkimia yang melambangkan kekuasaan tanpa batas dan pelanggaran terhadap Hukum Pertukaran Setara. Batu ini menjadi titik konflik utama dalam cerita, menggambarkan kecenderungan manusia untuk mencari jalan pintas menuju kekuasaan. Dalam konteks alkimia historis, Batu Bertuah juga melambangkan pencarian kesempurnaan spiritual dan moral.
4. Simbol Homunculus
Homunculus dalam Fullmetal Alchemist adalah representasi lain dari simbolisme alkimia. Masing-masing homunculus melambangkan satu dari tujuh dosa utama dalam agama Kristen: kesombongan, kemarahan, kerakusan, hawa nafsu, kemalasan, iri hati, dan keserakahan. Konsep ini menggambarkan sisi gelap manusia dan merupakan keberlanjutan dari tema moral dan spiritual alkimia.
Simbolisme-simbolisme ini memberikan lapisan kompleksitas lebih dalam kepada seri Fullmetal Alchemist, menjadikannya bukan hanya tontonan hiburan tetapi juga refleksi mendalam akan prinsip kemanusiaan, etika, dan filosofi.
Penerimaan dan Penghargaan yang Diterima oleh Serial Ini
Serial anime “Fullmetal Alchemist” mendapatkan pengakuan yang luar biasa baik dari para kritikus maupun penggemar di seluruh dunia. Dikenal karena alur ceritanya yang mendalam dan karakter yang kompleks, serial ini telah menorehkan banyak prestasi yang membanggakan sepanjang perjalanannya.
Pengakuan Kritikus
Anime ini menjadi salah satu yang paling diakui dalam sejarah, dengan pujian berulang atas pengembangan plot yang solid, animasi yang memukau, dan penyampaian tema filosofis yang jarang terlihat dalam genre shōnen. “Fullmetal Alchemist: Brotherhood”, adaptasi kedua dari seri manga, sering disebut sebagai salah satu anime terbaik sepanjang masa oleh berbagai media besar, seperti IGN dan Anime News Network.
Penghargaan Bergengsi
Fullmetal Alchemist juga berhasil meraih banyak penghargaan bergengsi di industri anime dan hiburan. Berikut adalah beberapa penghargaan penting yang diterimanya:
- Penghargaan Seiyu Awards, di mana akting suara dari karakter utama, Edward Elric, dan beberapa karakter pendukung memenangkan kategori penting.
- Tokyo Anime Awards, di mana serial ini mendapatkan penghargaan untuk kategori “Anime Terbaik.”
- Penghargaan American Anime Awards, yang menunjukkan seberapa populer seri ini di pasar Barat.
- Animax Asia Viewers’ Choice Award, memilih “Fullmetal Alchemist: Brotherhood” sebagai anime yang diakui karena kualitas ceritanya.
Pengaruh di Budaya Pop
Tak hanya penghargaan, popularitas serial ini juga terlihat dari banyaknya merchandise, seperti figur aksi, poster, dan barang koleksi yang laku terjual di seluruh dunia. Serial ini juga sering dijadikan inspirasi untuk cosplay di berbagai konvensi anime internasional, menandakan pengaruh budaya yang luas.
Sukses besar dari Fullmetal Alchemist di layar kaca dan adanya penghargaan di berbagai kompetisi menunjukkan bahwa serial ini tidak hanya menghibur, tetapi juga memberikan dampak artistik yang signifikan.
Adaptasi Live-Action dan Pendapat Penggemar
Adaptasi live-action dari seri populer “Fullmetal Alchemist” menjadi salah satu topik kontroversial di kalangan penggemar sejak pertama kali diumumkan. Film adaptasi ini dirilis pada tahun 2017 dengan tujuan membawa dunia Amestris ke layar lebar melalui sudut pandang baru. Meskipun mendapatkan perhatian besar, pendapat penggemar mengenai adaptasi ini cenderung terbagi antara apresiasi atas usaha untuk mewujudkan cerita epik tersebut dan kritik terhadap beberapa aspek yang dianggap kurang memuaskan.
Di sisi lain, beberapa elemen dalam film mendapatkan pujian khusus dari para penonton. Di antaranya adalah:
- Penampilan Visual: Efek visual untuk menggambarkan alkimia dianggap cukup menarik, terutama adegan transmutasi ikonik yang menampilkan kekuatan Alphonse dan Edward sebagai alkemis.
- Kostum dan Desain Karakter: Kostum para pemeran, termasuk desain baju zirah Alphonse, dinilai sesuai dengan tampilan asli di anime dan manga.
Namun, film ini juga menuai kritik karena berbagai alasan. Banyak penggemar merasa bahwa cerita yang kompleks dalam manga dan anime menjadi terlalu terkondensasi dalam format film. Beberapa elemen penting dari plot, seperti dinamika mendalam antara karakter, dianggap kurang tereksplorasi. Selain itu, beberapa penggemar berpendapat bahwa pilihan pemeran tidak sepenuhnya memenuhi ekspektasi, terutama dalam merepresentasikan identitas karakter.
Pendapat ini mencerminkan tantangan besar dalam mengadaptasi karya yang telah begitu dicintai dalam bentuk aslinya. Meskipun demikian, film live-action ini tetap memberikan kesempatan baru bagi penggemar maupun audiens baru untuk mengenal dunia Fullmetal Alchemist, dengan harapan membangkitkan minat lebih luas terhadap karya tersebut.
Easter Egg dan Referensi Tersembunyi yang Mungkin Kamu Lewatkan
“Fullmetal Alchemist” dikenal tidak hanya karena plotnya yang mendalam dan karakter yang memikat, tetapi juga karena sejumlah referensi tersembunyi dan detail kecil yang sering luput dari perhatian penonton. Berikut adalah beberapa Easter egg dan referensi yang mungkin kamu lewatkan saat menikmati seri ini:
- Nama Karakter dengan Makna Tersembunyi Banyak nama karakter dalam serial ini tidak dipilih secara acak. Contohnya, nama “Van Hohenheim” merujuk pada tokoh sejarah Paracelsus, seorang alkemis dan dokter terkenal dari era Renaissance. Paracelsus juga dikenal sebagai Philippus Aureolus Theophrastus Bombastus von Hohenheim.
- Referensi Alkemi di Dunia Nyata Simbol-simbol alkemi yang sering muncul dalam serial ini, termasuk lingkaran transmutasi dan tata letaknya, banyak diambil dari teks-teks historis asli tentang alkemi. Lingkaran transmutasi Ed, misalnya, mengandung simbol-simbol yang menyinggung teori konversi materi.
- Pengaruh Mitologi Nordik Beberapa elemen dalam cerita, terutama Homunculi dan konsep “The Gate of Truth,” memiliki kemiripan dengan mitologi Nordik. The Gate bisa ditafsirkan sebagai refleksi dari Yggdrasil, pohon mitologi yang menghubungkan semua dunia.
- Callback Episode Mengejutkan Salah satu adegan awal di mana Al mengembalikan boneka anak yang “rusak” adalah foreshadowing tentang percobaan tragis Ed dan Al untuk menghidupkan kembali ibu mereka.
- Referensi Sastra Klasik Dialog dan tema dalam seri ini sering mencantumkan kutipan atau konsep yang menyerupai karya sastra terkenal dunia. Contohnya, nama “The Philosopher’s Stone” langsung mengambil inspirasi dari legenda batu filsuf yang telah ada selama berabad-abad.
Easter egg seperti ini menambah kedalaman cerita “Fullmetal Alchemist” dan membuat penontonnya semakin terhubung dengan dunia yang diciptakan oleh Hiromu Arakawa.